“Ma, lebih besar mana, Bekantan jantan atau betina?,” tanya saya kepada Ibu samping kanan saya.“Betina kak.” Jawab beliau.
Tiba-tiba, seorang ibu didepan saya menyela. “Sonde (bukan), tadi lu (kamu) sonde baca dengan betul. Langgar-langgar (lompat-lompat bacanya). Bekantan jantan lebih berat dua kali lipat dari betina.” Kata ibu tsb.
Spontan ibu samping saya, baca ulang buku yang tadi beliau sudah baca dengan judul “BEKANTAN”. Saya hanya meringis geli melihat percakapan itu.
Anak-anak masih bergilir membaca 11 buku yang saya sediakan di tas. Sampai tak terasa waktu menunjukkan pukul 21.00 WITA. Kemudian kami pamit untuk pulang. Saya juga sempat berjanji minggu depan akan membawakan buku resep masakan, agar ibu-ibu ini bisa belajar memasak di rumah dengan berbagai resep.
Hal yang membuat saya kagum, zaman sekarang, saya bisa menemukan orang-orang yang tidak malu bahkan mau membaca hal-hal sederhana sampai 3 jam setengah. Mereka begitu antusias dan bahkan sampai beradu argumen dari bacaan buku anak-anak yang mereka baca. Mereka juga memerhatikan anak-anak mereka agar ikut membaca.
Apakah kita bisa seperti ibu-ibu ini? meluangkan waktu mereka untuk menemani anak mereka sekadar membacakan buku cerita? Membaca buku, selain menambah wawasan bagi ibu dan anak, bila dilakukan bersama-sama antara Ibu dan anak, mampu meningkatkan kedekatan emosional mereka. Selain itu, anak merasa bahwa ibu mereka adalah ibu yang benar-benar peduli.
Dari hal sederhana tersebut, kita bisa belajar untuk melindungi anak-anak ini menuju kehancuran. Kebiasaan membaca bersama juga memudahkan ibu untuk berkomunikasi bahkan menjadi momen bagi ibu untuk bertanya bahkan berdiskusi tentang masalah anak, kesulitan anak, bahkan hal-hal yang menjadi kebingungan anak.
Anak-anak yang tidak mendapat perhatian, mereka akan bermasalah tidak hanya di rumah, tapi juga di sekolah bahkan di lingkungan dimana mereka tinggal. Saat ibu (dan ayah) mereka tidak bisa memberikan perhatian dan kasih sayang, mereka akan mencari kebahagiaan, kenyamanan, perlindungan di luar rumah, bahkan bila semua tidak didapat, mereka akan melakukan tindakan penyimpangan yang menjerumus pada hal-hal buruk lainnya. Lebih parahnya, mereka juga menjadi trouble maker untuk merusak karakter teman-teman yang lain.
Dengan berbagai manfaat tersebut, apakah kita memilih tak peduli atau sebaliknya? Tuhan berkata, apa yang kita tabur, itu yang kita tuai. (Foto: Nadia Elly & Pixabay)
Nb: saya menerima sumbangan buku bacaan, bisa hubungi saya 081210657724.
Penulis:
Nadia Elly, Alumni LPM Situs Universitas Airlangga Surabaya, Pemerhati anak di pulau terselatan Indonesia