Disabilitas Tidak Sama dengan Sakit

"Mereka harus mendapat kesempatan yang sama untuk bisa berkembang."

Dipublikasi diBeritaterbaru.com
192
Diskusi Publik Peringatan 70 Tahun Indonesia Merdeka bertema “Menanti Undang-Undang yang Menjamin dan Melindungi Penyandang Disabilitas”, Jakarta, 17 Agustus 2015. (Beritasatu.com/ Herman)

Oleh sebagian masyarakat, penyandang disabilitas masih dianggap sebagai orang yang tidak berdaya dan tak bisa mandiri. Namun ditegaskan Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Katolik Atmajaya, Prof. Dr. Irwanto, disabilitas tidaklah sama dengan ketidakmampuan.

Penyandang disabilitas menurutnya juga tidak sama dengan barang rusak yang harus direhabilitasi. Mereka adalah makhluk Tuhan yang juga memiliki potensi.

“Di antara kelemahan dan keterbatasan yang juga dialami oleh kebanyakan orang, ada kemampuan, aspirasi, kreativitas, dan semangat yang juga dimiliki orang-orang disabilitas, itu yang harus selalu kita hargai,” kata Irwanto dalam acara Diskusi Publik Peringatan 70 Tahun Indonesia Merdeka bertema “Menanti Undang-Undang yang Menjamin dan Melindungi Penyandang Disabilitas”, di Jakarta, Senin (17/8).

Irwanto juga menegaskan bahwa disabilitas tidaklah sama dengan sakit. Bila ada yang lumpuh dan terpaksa harus duduk di kursi roda, menurutnya itu hanya sebuah kondisi yang membuat seseorang tersebut tidak bisa berjalan, tetapi tidak sakit.

“Karena tidak sakit, mereka (penyandang disabilitas) juga bisa melakukan pekerjaan apapun. Mereka harus mendapat kesempatan yang sama untuk bisa berkembang. Bila pemahaman seperti ini ada di masyarakat, maka masyarakat akan melihat orang-orang disabilitas dengan lebih positif, lebih optimis,” pungkas Irawan.

Herman/YUD

BERIKAN KOMENTAR

POPULER SEPEKAN

Ada anekdot yang pernah penulis baca, tersebutlah seorang remaja di beri tantangan untuk menghasilkan uang dari sebuah lahan sawah, dengan...

Tahun lalu 2015 adalah tahun pertama saya mulai rutin olah raga berlari. Sebeneranya memilih olah raga lari ini bukan keinginan sendiri,...

Herodotus berusaha memahami apa yang telah terjadi, mengapa hal itu terjadi dan secara eksplisit dia mengenali bahwa untuk memafhumi peristiwa, orang tak perlu melihat kepada mitos-mitos Yunani atau karya-karya Homer.

Sebuah bidal menyebutkan, siapa tersentuh cinta maka mendadak ia bisa menjadi penyair. Tak menutup kemunginan juga menjadi seorang fotografer. Lantas apa jadinya jika sajak dan foto dikawinkan? Lukisan Cina kuno membuka jalan penafsiran puisifoto itu.

Bagi orang yang pernah berkecimpung di dunia gerakan, maka kondisi hari ini patut menjadi refleksi bersama, terlebih statement salah satu...