Kami terbangun dan memulai melakukan persiapan packing peralatan, sarapan, senam pagi sejenak, dan mencari kebutuhan logistik tambahan seperti seperti kaos tangan, gaiter serta masker untuk keperluan pribadi masing-masing anggota tim. Setelah itu kami bersiap melakukan pendakian dengan trayek pendakian Ranu Kumbolo, sejauh 10 km di atas bukit kumbolo, Semeru.
Tak banyak kisah perjalanan pendakian ke Ranu Kumbolo ini bisa kami ceritakan. Karena kami sudah biasa melakukan pendakian ini setiap tahunnya. Ini adalah tahun ketiga kami melintasinya, jadi kami anggap perjalanan ini hanya mengulang ritus tahunan seperti biasa.
Jalur rutenya adalah :
Pos 1 : Landengan Dowo – 2200 mdpl ( 1 jam perjalanan dari Ranu Pane).
Pos 2 : Watu Rejeng (2300 mdpl, 1 jam perjalanan dari Landengan Dowo)
Pos 3 : Bukit Kumbolo ( 2350 mdpl, kurang lebih 45 menit dari pos 2)
Pos 4 : Ranu Kumbolo (2400 Mdpl, kurang lebih 1 jam dari pos 3)


Setelah berlelah-lelah mengitari bukit selama hampir 4 jam samipailah kami di shelter Pos Ranu Kumbolo. Kami tiba di Ranu Kumbolo tepat Pukul 14.20 WIB. Di Shelter Ranu Kumbolo (selanjutnya saya sebut : Rakum), kami bertemu dengan ratusan pendaki yang sudah mendirikan tenda dan bertemu juga dengan rekan-rekan kami dari Manjer Adventure Sidoarjo yang satu malam sebelumnya telah tiba di sana.
Tim Manjer Adventure pada hari itu akan segera meneruskan perjalanan ke Kalimati (kaki semeru) dan langsung melakukan Summit ke puncaknya. Kami sebelumnya ditawari untuk langsung bergabung dan menuju Kalimati. Namun mengingat kondisi fisik dan stamina tidak memungkinkan, kami bertiga (saya, mbah Kamto, dan Dadang) menangguhkan jadwal summit ke Mahameru untuk esok harinya.
Tim Manjer Adventure yang berjumlah 12 orang yang berangkat summit pada jam 19.00 WIB. Saudara Exsan dan Dedy Raimonika yang masih bersemangat mendaki memutuskan untuk bergabung dengan tim berangkat pada hari itu juga.

Di Ranu Kumbolo kami mulai berkenalan dengan banyak pendaki dari Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Kami lantas memutuskan untuk bersama-sama mereka berangkat melakukan summit attack ke puncak Mahameru keesokan harinya.
Setelah memutuskan untuk menginap semalam di Ranu Kumbolo, kami segera mendirikan tenda. Kebetulan ada rekan dari Surabaya, yaitu Habib dan Agus, menawari kami untuk mendirikan tenda berjajar dengan milik mereka. Habib dan Agus adalah pendaki yang hanya bermaksud mendaki sampai ke Ranu Kumbolo saja. Mereka tidak melanjutkan ke puncak Mahameru karena waktu tidak cukup. Mereka harus segera turun lagi karena dua hari lagi sudah harus di Surabaya untuk berkerja. Bersama mereka, kami melewatkan sore berbincang-bincang banyak hal tentang pengalaman masing-masing di Pendakian.

Di shelter Ranu Kumbolo ini terdapat larangan untuk mandi, menyelam dan buang air sembarangan. Air Danau Ranu Kumbolo adalah air tampungan hujan dan sumber yang ekosistemnya bener-bener dijaga. Bagi yang mau membersihkan peralatan masak, misalnya, harus membawa air menggunakan ember menjauh dari danau. Sedangkan untuk buang hajat atau mandi mesti memikul air menggunakan ember dari danau untuk mengisi bak air kamar mandi yang telah disediakan.
Karena itu, meski banyak pendaki yang berhenti dan menginap di sekitar danau tidak membuat air danau Ranu Kumbolo tercemar. Air Ranu Rumbolo tetap jernih dan bisa langsung diminum.

Tak terasa waktu telah melewati malam, pada pukul 22.00 WIB hujan kembali menguyur area Ranu Kumbolo, kami hanya bisa mendekam saja di dalam tenda. Kami senang hujan turun di malam hari. Karena justru ketika hujan turun udara dingin di kawasan Semeru bisa sedikit berkurang. Biasanya di musim kemarau,suhu di Ranu Kumbolo bisa mencapai titik 0 derajat atau bahkan sampai minus. Hujan menghapus embun-embun dingin di kawasan danau yang terkenal dengan kawasan berhawa dingin ekstrim.
Malam itu, diiringi curahan hujan dari langit, kami meringkuk dan terlelap dalam tenda.
Tentang Penulis

Rudi “Idur” Astrey. Jebolan Fakultas Sastra Universitas Jember. Pernah Aktif di Lembaga Pers Mahasiswa Ideas dan UKPM Tegalboto Universitas Jember. Aktif di PPMI tahun 1995 – 2000. Pernah bekerja di media Surabaya Pagi sejak 2005 – 2008. Saat ini bekerja sebagai perancang grafis di PT Maspion Group Surabaya dan mengelola Manjer Adventure.