Setelah bangun pukul 06.00 pagi, kami melakukan persiapan dan packing kembali peralatan pendakian untuk segera melanjutkan perjalanan menuju Pos Kalimati (2700 mdpl). Beberapa anggota dari tim lain juga berbarengan menyusul kami dalam barisan menuju Kalimati. Tepat Pukul 08.00 kurang lebih kami segera berangkat melakukan pendakian. Rute yang harus kami lewati adalah : Tanjakan Cinta Ranu Kumbolo – Padang Oro-oro Ombo, Cemoro Kandang (Bukit Derita) – Pos Jambangan (2600 Mdpl) dan terakhir di Camping Ground Kalimati.

Tanjakan Cinta Ranu Kumbolo begitu melelahkan untuk didaki, namun itu adalah sebuah jalur awal buat pemanasan kami sebelum mendaki Bukit Gerita Cemoro Kandang, bukit yang seakan tak pernah habis didaki dan tak terlihat ujungnya. Konon di Bukit Tanjakan Cnta ini terdapat mitos cerita pendakian dua anak manusia yaitu pertemuan pangeran Panji Inu Kertapati atau Panji Asmara Bangun (Kediri) dan Putri Candra Kirana (Jenggala). Kisah percintaan dan pertemuan dua anak manusia ini akhirnya menyatukan dua kerajaan yang sebelumnya berperang.

Bukit Tanjakan Cinta, di mana kami harus mendakinya hingga di ujung atasnya. Terlihat pendek kalau difoto dari samping. Tapi kalau Anda menjalani pendakian bukit ini akan terasa begitu melelahkan, terlebih sambil menenteng carier.
Bukit Tanjakan Cinta, di mana kami harus mendakinya hingga di ujung atasnya. Terlihat pendek kalau difoto dari samping. Tapi kalau Anda menjalani pendakian bukit ini akan terasa begitu melelahkan, terlebih sambil menenteng carier.
Kalau sudah di atas Tanjakan Cinta, leganya bukan main. Leyeh-leyeh sebentar mengambil nafas.
Kalau sudah di atas Tanjakan Cinta, leganya bukan main. Leyeh-leyeh sebentar mengambil nafas.

Setelah mendaki Tanjakan Cinta, kita akan disuguhi pemandangan lepas, padang Oro-oro Ombo Semeru. Sebuah savana yang luas dan indah. Latar belakang dari oro-oro ombo adalah Bukit Derita Cemoro Kandang. Bukit ini harus kita taklukkan ketinggiannya, karena setelah bukit ini kita baru bisa berada di kaki semeru dan melihat ujud gunung Semeru yang sebenarnya. Terbilang 4 jam kami harus mendaki bukit Derita Cemoro Kandang sebelum akhirnya sampai di pos Jambangan (2600 mdpl) dan Camping Ground Kalimati (2700 Mdpl).

Setelah berjalan di padang yang landai selama kurang lebih 40 menit sampailah kami di gerbang Bukit Derita Cemoro Kandang, Semeru. Bukit ini berada pada ketinggian 2500 Mdpl. Di Cemoro Kandang ini kami melepaskan lelah untuk sesaat, sekitar 30 menit untuk sekedar ngopi dan merokok.

Oro-oro Ombo
Oro-oro Ombo
Kami berjalan menyisir perbukitan di sisi kiri dari padang Oro-oro Ombo. Terdapat b¬anyak bunga lavender merah yang mekar di musim penghujung hujan. Kono jalur Oro-oro Ombo adalah jalur dari gerak pasukan Majapahit yang menyerbu Benteng Pajarakan. Patih Nambi di Lumajang dianggap mbalelo dan memberontak terhadap Majapahit. Pada malam hari, bagi siapa yang memiliki penglihatan supranatural, akan bisa merasakan hawa gaib dari keberadaan aura pasukan Majapahit yang melewati daerah ini. Kejadian ini pernah terjadi di tahun 2014 yang lampau, saat saya mengajak seorang temen dari Probolinggo mendaki Semeru melewati jalur ini di malam hari sekitar jam 8 malam. Teman saya itu berteriak histeris di tengah padang savanna, katanya dia baru saja berpapasan dengan rombongan berkuda pasukan yang mengacungkan pedang dan berteriak yel-yel peperangan.: Kami berjalan menyisir perbukitan di sisi kiri dari padang Oro-oro Ombo. Terdapat b¬anyak bunga lavender merah yang mekar di musim penghujung hujan. Kono jalur Oro-oro Ombo adalah jalur dari gerak pasukan Majapahit yang menyerbu Benteng Pajarakan. Patih Nambi di Lumajang dianggap mbalelo dan memberontak terhadap Majapahit. Pada malam hari, bagi siapa yang memiliki penglihatan supranatural, akan bisa merasakan hawa gaib dari keberadaan aura pasukan Majapahit yang melewati daerah ini. Kejadian ini pernah terjadi di tahun 2014 yang lampau, saat saya mengajak seorang temen dari Probolinggo mendaki Semeru melewati jalur ini di malam hari sekitar jam 8 malam. Teman saya itu berteriak histeris di tengah padang savanna, katanya dia baru saja berpapasan dengan rombongan berkuda pasukan yang mengacungkan pedang dan berteriak yel-yel peperangan.
Kami berjalan menyisir perbukitan di sisi kiri dari padang Oro-oro Ombo. Terdapat b¬anyak bunga lavender merah yang mekar di musim penghujung hujan. Kono jalur Oro-oro Ombo adalah jalur dari gerak pasukan Majapahit yang menyerbu Benteng Pajarakan. Patih Nambi di Lumajang dianggap mbalelo dan memberontak terhadap Majapahit. Pada malam hari, bagi siapa yang memiliki penglihatan supranatural, akan bisa merasakan hawa gaib dari keberadaan aura pasukan Majapahit yang melewati daerah ini. Kejadian ini pernah terjadi di tahun 2014 yang lampau, saat saya mengajak seorang temen dari Probolinggo mendaki Semeru melewati jalur ini di malam hari sekitar jam 8 malam. Teman saya itu berteriak histeris di tengah padang savanna, katanya dia baru saja berpapasan dengan rombongan berkuda pasukan yang mengacungkan pedang dan berteriak yel-yel peperangan.: Kami berjalan menyisir perbukitan di sisi kiri dari padang Oro-oro Ombo. Terdapat b¬anyak bunga lavender merah yang mekar di musim penghujung hujan. Kono jalur Oro-oro Ombo adalah jalur dari gerak pasukan Majapahit yang menyerbu Benteng Pajarakan. Patih Nambi di Lumajang dianggap mbalelo dan memberontak terhadap Majapahit. Pada malam hari, bagi siapa yang memiliki penglihatan supranatural, akan bisa merasakan hawa gaib dari keberadaan aura pasukan Majapahit yang melewati daerah ini. Kejadian ini pernah terjadi di tahun 2014 yang lampau, saat saya mengajak seorang temen dari Probolinggo mendaki Semeru melewati jalur ini di malam hari sekitar jam 8 malam. Teman saya itu berteriak histeris di tengah padang savanna, katanya dia baru saja berpapasan dengan rombongan berkuda pasukan yang mengacungkan pedang dan berteriak yel-yel peperangan.

Setelah berlelah-lelah mendaki bukit derita Cemoro Kandang, kurang lebih 3 jam perjalanan menaklukan Bukit Derita, akhirnya sampailah kami di pos Jambangan kurang lebih pada pukul 15.00 WIB. Hari masih sore, dan terlihat jelas wajah Gunung Semeru. Di sekitar area Jambangan terdapat banyak bunga berwarna putih, Edelweis gunung.

Akhirnya saat yang ditunggu-tunggu telah tiba. Kami sampai di pos akhir pendakian Semeru di Camping Ground Kalimati, kurang lebih setengah jam perjalanan pos Jambangan. Kalimati adalah sebuah area camping ground yang luas. Tanahnya sedikit miring dan tidak rata. Sekitar pukul 16.00 WIB kurang lebih kami sampai di sana. Kami segera mendirikan tenda dan mulai masak nasi dan kebutuhan makanan lain. Mbah Kamto dan Dadang segera menuju sumber air di Sumber Mani Kalimati yang letaknya kurang lebih 30 menit ke arah bawah dataran Kalimati.

Gerbang Bukit Derita Cemoro Kandang. Pendakian di sini bisa memakan waktu 3 jam. Jalurnya bervariasi, terkadang landai, menanjak, atau melipir dinding perbukitan. Kami tak banyak mengambil foto karena berpacu dengan waktu untuk sampai di Kalimati sebelum sore. Bukit yang biasa dipanggil Bukit Derita ini seakan tak pernah bosan mengepung kami dalam balutan pohon-pohon vegetasi, seolah tanpa ujung.
Gerbang Bukit Derita Cemoro Kandang. Pendakian di sini bisa memakan waktu 3 jam. Jalurnya bervariasi, terkadang landai, menanjak, atau melipir dinding perbukitan. Kami tak banyak mengambil foto karena berpacu dengan waktu untuk sampai di Kalimati sebelum sore. Bukit yang biasa dipanggil Bukit Derita ini seakan tak pernah bosan mengepung kami dalam balutan pohon-pohon vegetasi, seolah tanpa ujung.

Di Kalimati ini kami berjumpa kembali dengan Tim Manjer Adventure yang telah Summit Attack ke Puncak Mahameru semalam sebelumnya dan mereka baru turun pada pukul 02.00 WIB. Cukup lama juga Mbah Kamto dan Dadang mengambil air di sumber Mani. Setelah hampir sekitar dua jam mereka kembali di tenda dan segera mempersiapkan alat masak.

Usai masak nasi, sarden dan mie instan, kami makan malam dan beristirahat sejak pukul 20.00 WIB. Kami menyimpan tenaga dan stamina karena pada malamnya nanti pukul 23.00 WIB kami akan segera melakukan persiapan menuju Puncak Mahameru. Cukup lelah juga perjalanan hari ini. Pukul 20.30 WIB hujan deras kembali menerpa camping ground Kalimati. Kami berharap cemas semoga saja hujan segera berhenti pada tengah malam.

Tidak terasa kami tertidur hinggga kemudian bangun pada pukul 22.10 WIB. Setelah ­bangun, kami segera bergegas melakukan persiapan untuk  Summit Attack  ke Puncak Mahameru. Suatu tujuan dari awal yang kami kobarkan untuk bisa berdiri di Puncak Para Dewa itu. Cukup ribet juga persiapan yang kami lakukan. Semua baju safety kami kenakan, mulai masker kepala, jaket outdorr, kaos tangan, gaiter kaki hingga tas rangsel kecil berisikan dua botol mineral 600 ml dan sebungkus permen kami bawa untuk bekal summit.

Untunglah hujan telah berhenti pada pukul 22. 50 WIB. Kami segera menutup Tenda dan bergabung dengan pasukan tim lain yang akan segera berangkat summit attack.

AREA POS JAMBANGAN semeru (2600 MDPL). Di sini terdpat ¬banyak tumbuh ¬bunga Edelweis Gunung Semeru. Area Jambangan ini banyak ditumbuhi tanaman lumut dan daun-daunan yang lebat, selain juga terdapat padang tumbuhan Edelweis gunung, Melewati jalur ini musti hati-hati, kalau sebisa mungkin jangan malam hari melewatinya. Suasana hutan Jambangan begitu menyeramkan bagi yang tidak pernah melewatinya, dan jangan sampai ada anggota rombongan yang terpisah, bakalan kesasar melewati jalur ini, walaupun jalur menuju ke Kalimati sudah terlihat jelas, namun kewaspadaan dan kebersamaan perlu ditingkatan dalam rombongan pendaki.
AREA POS JAMBANGAN semeru (2600 MDPL). Di sini terdpat ¬banyak tumbuh ¬bunga Edelweis Gunung Semeru. Area Jambangan ini banyak ditumbuhi tanaman lumut dan daun-daunan yang lebat, selain juga terdapat padang tumbuhan Edelweis gunung, Melewati jalur ini musti hati-hati, kalau sebisa mungkin jangan malam hari melewatinya. Suasana hutan Jambangan begitu menyeramkan bagi yang tidak pernah melewatinya, dan jangan sampai ada anggota rombongan yang terpisah, bakalan kesasar melewati jalur ini, walaupun jalur menuju ke Kalimati sudah terlihat jelas, namun kewaspadaan dan kebersamaan perlu ditingkatan dalam rombongan pendaki.

Tepat pukul 23.20 WIB kami sudah berkumpul di lapangan camping ground Kalimati bersama-sama tim dari Jakarta, Tangerang, dan Bekasi, yang secara kebetulan mereka memang sudah janjian dengan kami bertiga untuk berangkat bareng menuju Puncak Mahameru.

Untunglah saat itu, barisan pendaki menuju Puncak Mahameru agak sepi. Tidak seperti tahun kemarin jalur pendakian Mahameru full diisi barisan pendaki, sehingga sedikit macet dan memperlambat gerak laju summit. Sebuah timing yang tepat, terutama bagi saya pribadi yang pada saat itu, Sabtu, 07 Mei 2016 memperingati ulang tahun dengan mendaki Mahameru. Sebuah kado ulang tahun yang sangat berharga dan penuh perjuangan saya lewati saat itu. Terlebih dengan usia yang sudah tidak muda lagi, saya masih merasakan pendakian ke Puncak Mahameru.

Tentang Penulis:

Rudi Astrey
Rudi Astrey

Rudi “Idur” Astrey.  Jebolan Fakultas Sastra Universitas Jember. Pernah Aktif di Lembaga Pers Mahasiswa Ideas dan UKPM Tegalboto Universitas Jember. Aktif di PPMI tahun 1995 – 2000. Pernah bekerja di media Surabaya Pagi sejak 2005 – 2008. Saat ini bekerja sebagai perancang grafis di PT Maspion Group Surabaya dan mengelola Manjer

BERIKAN KOMENTAR