“Capek itu tanda bahwa kamu butuh istirahat, bukan tanda kamu perlu menyerah” Jiemi Ardian
Hampir tiga bulan virus corona atau covid 19 menerpa Indonesia. Kehidupan masyarakat otomatis berubah. Pekerja kantoran mulai bekerja dari rumah, anak sekolah pun juga mulai belajar dari rumah. Semua masyarakat membatasi kegiatan di luar rumah dan banyak di rumah saja.
Tentunya ini bukan sesuatu yang mudah dijalani oleh mereka yang terbiasa beraktivitas di luar rumah. Kebosanan dialami hampir sebagian besar orang. Situasi seperti ini memang abnormal di luar kebiasaan normal sehari-hari.
Rasa cemas dan takut adalah sesuatu yang normal dialami masyarakat dalam situasi seperti sekarang ini. Asal tidak berubah menjadi kecemasan yang berlebihan hal tersebut masih wajar.
Tidak sedikit orang yang mulai mengalami perubahan emosi, misalnya lebih sensitif, gelisah, tidak sabaran, lebih cepat marah, tidak punya motivasi, dan emosi negatif lainnya. Ini bukanlah suatu gangguan mental, ini adalah istilah yang menggambarkan emosi negatif yang dialami selama masa
karantina.
Setiap orang mengalami gejala yang berbeda. Setiap orang juga punya cara yang berbeda dalam menghadapinya. Sikap kita bergantung pada perspektif kita terhadap suatu hal. Ada orang yang responsnya adaptif ada pula yang tidak adaptif.
Hal lain yang sering dihadapi adalah enggan membaca dan mengonsumsi berita. Pasalnya ketika membaca berita menjadi takut, karena banyak berita yang membangun kecemasan. Namun jika tidak membaca berita kita tidak bisa mendapatkan informasi baru. Itu sebabnya kita harus realistis dan selektif dalam memilih berita.
Berita atau informasi terkait covid 19 boleh saja dikonsumsi asal tidak 24 jam. Pasalnya tidak semua berita terkait covid 19 itu dekat dengan kita.
Untuk menghadapi situasi yang serba tidak menentu ini, kita perlu menciptakan apa yang disebut dengan new normal.
Indiah Wahyu Andari, konselor psikologi dan pendampingan Rifka Anissa
Women Crisis Center, menyebut new normal adalah rasa aman yang kita dapatkan karena hidup kita rutin. Apa saja yang bisa kita lakukan untuk memulai new normal?
1. Mengerjakan pekerjaan yang tertunda
Sebelum covid 19 melanda Indonesia, kita punya rutinitas yang terkontrol. “Ketika situasi berubah, hal-hal yang tadinya rutin kita lakukan jadi tidak bisa kita lakukan,” kata Indiah. Ketika berada dalam situasi yang ‘terkurung’ , kita bisa memulai rutinitas baru.
Misalnya saja kita bisa mulai mengerjakan hal-hal yang sempat tertunda. Misal ada buku yang belum terbaca, itu bisa kita baca untuk mengisi aktivitas baru kita. Pekerjaan yang tertunda tersebut bisa kita selesaikan di masa-masa seperti ini. Untuk mahasiswa tingkat akhir misalnya, masih memiliki tanggungan skripsi atau tugas akhir. Ini bisa mulai dikerjakan sembari menunggu situasi menjadi sediakala.
2. Pembagian Waktu Secara Proporsional
Meski di rumah saja, kita tetap harus membagi waktu secara proporsional antara kegiatan yang sifatnya wajib dan refreshing. Setiap orang tentunya memiliki ukuran yang berbeda. Kegiatan yang wajib misalnya, untuk yang bekerja menyelesaikan pekerjaan yang tertunda.
Mereka yang sudah berkeluarga tentunya juga punya kewajiban untuk mengurus keluarga. Setelah itu barulah kita bisa mekukan kegiatan yang sifatnya refreshing atau menghibur. Misalnya menonton drama Korea.
3. Aktivitas pengembangan diri
Selama di rumah saja, rasa bosan tentu tak bisa terhindarkan. Hal tersebut wajar. Untuk mengusir rasa bosan tersebut kita bisa melakukan aktivitas yang sifatnya mengembangkan diri. Caranya dengan menciptakan sesuatu yang bisa mencapai rasa puas.
Misalnya saja dengan memasak atau menjajal resep baru. Bisa juga dengan berkebun atau aktivitas baru yang membuat kita merasa senang dan mencapai kepuasan. Jangan lupa aktivitas olahraga juga tidak boleh diabaikan.
Jika lingkungan sekitar mendukung, kita bisa berolahraga ringan seperti joging atau bermain sepeda. Jika tidak, kita bisa berolahraga di dalam rumah. Melakukan pekerjaan rumah juga bisa dianggap olahraga ringan.
Bermain atau menggunakan gawai juga merupakan salah satu sarana untuk mengisi waktu selama masa di rumah saja. Asalkan proporsional, antara pekerjaan atau kewajiban dan hiburan. Terlalu lama menggunakan gawai juga tidak baik untuk kesehatan. Itu sebabnya olahraga atau aktivitas fisik diperlukan selama masa karantina ini.
Disarikan dari #NgabuburitFAA Series 7, “Tips Menjaga Kesehatan Mental di Masa Pandemi”.