Industri Bollywood memang identik dengan Khan, sederet nama Khan menjadi punggawanya. Sekitar sepuluh tahun yang lalu, saya mulai “mengenal” Sahabzade Irrfan Ali Khan atau dikenal dengan Irrfan Khan. Bagi saya Irrfan adalah pengecualian dari semua Khan yang tersohor dalam gemerlapnya Bollywood. Bukannya saya tak menyukai Khan yang lain, saya mengagumi Aamir Khan dan Shah Rukh Khan misalnya. Tapi, Irrfan memang berbeda.

Setiap menonton film yang Ia bintangi, tak pernah membuat saya kecewa. Saya selalu berdecak kagum dan terpukau dengan aktingnya yang selalu apik. Sejak pertama kali melihat penampilannya, saya tahu bahwa Irrfan menjadi aktor peran favorit saya. Bahkan kehadiran Irrfan mampu menggeser Shah Rukh Khan yang begitu akrab di layar kaca sejak saya kecil. Irrfan bukan hanya aktor, tapi legenda dalam perfilman.

Sejak tahun 2018 saya mendengar kabar Irrfan terserang Kanker Neuroendokrin. Sejak saat itu, kondisinya memang kerap naik turun. Tapi, kabar kepergiannya tiga hari yang lalu tetap saja membuat saya terkejut. Saya berkata pada diri sendiri, apakah beritanya benar? secepat inikah?

Meski pahit, saya harus menerima dengan lapang dada kabar tersebut. Menurut beberapa media India, Irrfan meninggal karena infeksi usus besar. Irrfan menyusul kepergian ibunya yang sudah lebih dulu berpulang beberapa hari sebelum dirinya.

Memoar akan Irrfan masih segar dalam ingatan saya. Awal dekade lalu misalnya, saya banyak berkisah pada orang-orang jika ada aktor Bollywood yang sebenarnya lebih dulu mendapatkan reputasi di Hollywood dan masih tetap eksis pada film Hollywood dan tetap terlibat dalam film Bollywood. Jika saya mengingat masa-masa itu, geli sendiri rasanya, saya persis seperti bagian marketing Irrfan Khan.

Tak jarang mereka yang mendengarkan hanya menertawai saya. Namun ada yang setia juga mendengarkan. Beberapa lainnya memiliki asumsi berbeda, karena saya keturunan India dan tumbuh bersama film-film India, maka saya dianggap akan memuji siapa dan apa saja yang terkait dengan Bollywood. Asumsi ini jelas keliru.

Nyatanya bila film yang saya tonton tidak cukup bagus, saya akan mengatakannya. Bahkan bila terlalu buruk, tak segan pula saya membeberkannya. Jadi, memuji dan membicarakan Irrfan tentu karena pandangan yang objektif. Di mata saya, Irrfan adalah aktor yang sukses memasuki industri Hollywood dan Bollywood tanpa mengandalkan maskulinitas. Sejak pertama menonton dan mengikuti perkembangan Irrfan sampai saat ini tak ada yang berubah darinya. Rambutnya, warna kulitnya, postur tubuhnya juga cara berpakaiannya, semua masih sama. Irrfan bukanlah aktor yang memoles diri sedemikian rupa agar diterima oleh industri atau penggemarnya.

Memang tidak ada yang salah dengan memoles diri. Penggemar akan semakin senang jika aktor kesayangannya melakukan itu. Tapi lewat Irrfan saya belajar, bahwa orang lain tetap bisa menerima kita meski kita tampil apa adanya.

Irrfan lahir di Rajashtan, India, pada 7 Januari 1967 dari keluarga muslim keturunan Pattan. Ia menghabiskan masa kecilnya di Tonk dan Jaipur. Tak hanya akting, Irrfan pun pandai bermain kriket.

Bakat akting Irrfan terpupuk sejak kecil. Paman Irrfan adalah seorang pemain teater di Jodhpur. Saat di Jaipur, Irrfan dikenalkan pada seniman teater terkenal dan membawa Irrfan bermain teater dari panggung ke panggung. Kecintaan pada seni peran membawa Irrfan mengembara ke New Delhi, kota tempat tinggal aktor idolanya, Rajesh Khanna pada 1984. Di sana dia bergabung dengan National School Drama (NSD). Saat belajar di NSD, Irrfan menjadi tukang reparasi pendingin ruangan atau AC untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Totalitas dan kerja keras dalam menekuni dunia peran ini membuat Irrfan mampu berakting sempurna dalam setiap film yang dia bintangi. Seperti pada film Billu Barber. Irrfan tampil cemerlang saat memerankan Billu, seorang tukang cukur miskin yang berteman dengan bintang film Sahir Khan yang diperankan oleh Shah Rukh Khan. Ceritanya sederhana dan mengharukan. Meski Shah Rukh Khan terlalu banyak menyanyi dan menari dalam film ini. Bila anda terganggu dengan tarian dan nyanyian, tontonlah film ini karena Irrfan. Saya berani menjamin, anda tak akan kecewa.

Irrfan Khan

Irrfan juga tampil mempesona di Lunchbox. Di film ini, ia berperan sebagai seorang akuntan. Ada sebuah kutipan Irrfan yang selalu saya ingat di sana, “Kereta yang salah kadang membawamu ke tujuan yang benar.”

Film-film Irrfan yang lain, Slumdog Millionaire, Qarib-Qarib Singlle, Piku, Maqbool, Blackmail, Hindi Medium, dan Madaarin juga bagus. Madaari adalah film bertajuk pemberantasan korupsi yang menjadi salah satu film kesukaan saya.

Dalam setiap aktingnya, Irrfan terasa begitu dekat dengan penonton. Peran yang dimainkan pada umumnya adalah gambaran kehidupan sehari-hari. Dalam Piku ia berperan sebagai supir taksi, di Blackmail, Irrfan adalah laki-laki yang diselingkuhi istrinya dan membalas dengan cara yang tak terduga. Melalui aktingnya, Irrfan banyak melukiskan kehidupan orang biasa yang kadang tidak jamak untuk diceritakan.

Kemampuan aktingnya yang luar biasa membawa Irrfan mendapatkan banyak penghargaan. Misalnya, penghargaan Filmfare Awards 2008 dalam kategori Best Supporting Actor, penghargaan Screen Actors Guild Award untuk kategori Outstanding Performance, dan penghargaan Filmfare untuk Aktor Terbaik 2018 dalam Film Hindi Medium. Film terakhirnya Angrezi Medium masuk box office dan menuai banyak pujian. Sayangnya karena wabah coronavirus disease 2019 atau covid-19, saya belum sempat menonton.

Terlepas dari talenta yang dimiliki Irrfan, kehadirannya di industri Bollywood memberikan warna yang baru. Irrfan pun membuka mata bahwa industri Bollywood mampu berkembang dan maju dengan menghasilkan film yang bagus dan layak ditonton. Bukan sekedar bayang-bayang dari Hollywood. Dalam sepuluh tahun terakhir Irrfan menyuguhkan sesuatu yang -mungkin- bisa lebih diterima oleh orang-orang yang tadinya tak menyukai film India.

Misalnya pada Madaari, tak ada adegan menyanyi dan menari seperti film India pada umumnya. Dua adegan ini kerap dianggap mengganggu bagi sebagian orang. Meski tak jarang ada yang mengatakan, film India tanpa tarian dan nyanyian seperti sayur tanpa garam. Namun Irffan membuktikan melalui Madaari, film tersebut bukanlah tontonan yang hambar.

Kepergian Irrfan tentu menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga, sahabat, fans dan dunia perfilman. Ia dikenang sebagai sosok yang ramah, guru yang baik dan rendah hati. Sampai kapanpun, Irrfan tak akan terganti.

Melepas kepergiannya saya masih menyimpan senyuman Irrfan yang khas ditemani senandung pilu dari Rahat Fateh Ali Khan. Namun saya menutupnya dengan alunan suara Arijit Singh, “Tu Hi Hai Taraana Kal Ka, Hai Alvida Tujhe.” Kamu adalah irama esok hari, ini saatnya mengucapkan selamat tinggal padamu.

Irrfan Khan, you are gone to soon… So long…

BERIKAN KOMENTAR