ADI BRIANTIKA, MajalahKartini.co.id | 09/08/2015 21:30
majalahkartini – Awalnya segala bentuk jaminan sosial menjadi angin segar bagi masyarakat, tapi di lapangan transformasi menjadi BPJS Kesehatan dinilai belum tuntas.
MajalahKartini.co.id – Transformasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dinilai masih belum maksimal, dalam hal ini BPJS Kesehatan masih setengah-setengah memberikan pelayanan kesehatan publik.
Hal itu disampaikan pada diskusi umum yang diadakan oleh Forum Alumni Aktivis Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia) FAA PPMI), Jakarta, Minggu (9/8).
“Masih ada pihak yang ingin menggagalkan upaya pelaksanaan BPJS, stigma negatif yang terbentuk di masyarakat, sosialisasi masih kurang, ini yang kendala yang dihadapi,” ujar Peneliti Sosial Prakarsa. Selain itu, kendala yang dihadapi oleh BPJS Kesehatan merupakan masalah yang membuat transformasi ini belum lancar.
Untuk mengatasi masalah tersebut, dia menyarankan pemerintah agar membedakan regulasi kesehatan dan regulasi lainnya.
“Pemerintah sebaiknya memisahkan kebijakan kesehatan dengan kebijakan publik lainnya. Mulai dari mekanisme, praktek, dan evaluasinya. Lalu diawasi bersama,” terangnya.
Dia menambahkan bahwa BPJS Kesehatan ini belum mencerminkan praktik asuransi sosial secara utuh. Masih ada diskriminasi dan komersialisasi, misalnya dari level iuran.
Lalu dia mengatakan juga banyak yang belum mendukung pelaksanaan program ini, masih ada stigma jika kurang optimal kalau BPJS digunakan oleh kalangan menengah keatas, rendahnya sosialisasi.
Hal inilah yang dijadikan sebagai acuan agar transformasi jaminan sosial yang lama, bisa terintegrasi secara utuh di dalam BPJS Kesehatan. Masyarakat pun dinilai akan mendapatkan pelayanan paripurna bagi kesehatan.
“Sebaiknya kembalikan semangat jaminan sosial bagi masyarakat yang dulu, sehingga masyarakat akan merasa optimal dalam pelayanannya,” tutupnya. (Foto: Istimewa)